Kamu dan Lennon Kaliurang

Malam belum jua beranjak renta. Kita sedang duduk diatas motor yang aku lajukan dengan perlahan. Menuruni Jalan Kaliurang yang tampak romantis dengan suluh-suluh listrik di pinggir jalan yang temaram.

Dari kejauhan aku melihat bapak itu berjalan. Memakain ham bermotif warna-warni, celana bahan, dan sepatu pantofel. Ia menyandang gitar akustik tua dan sebuah harmonika usang. Dengan ciri seperti itu, susah untuk tidak mengenalinya. Beliau adalah pengamen yang biasa “konser” di sepanjang jalan Kaliurang. Beliau biasa memainkan lagu-lagu The Beatles. Jarang sekali pria berponi itu memainkan lagu selain dari Beatles.
Aku berhenti mendadak, mendapat ide spontan. Kamu bingung kenapa aku berhenti mendadak. Aku menghampiri pengamen dengan rambut poni helm itu, lalu bilang ke bapak itu “Pak, saya request lagu Beatles dong. Pacar saya suka Beatles”. 
Bapak itu tersenyum dan menyanggupi. Ia malah girang karena disewa secara privat. Kamu hanya bisa bengong. Baru bereaksi ketika aku tanya “Mau lagu apa sayang?”
“Michele” katamu perlahan. Sedikit tergagap karena terkejut dengan tindakan spontanku. Lalu senyummu mulai dibentangkan, bagai layar perahu yang baru saja menangkap angin. Terbentang lebar. Dan manis.
Lalu bapak yang memperkenalkan diri sebagai Peter Lennon itu mulai mendendangkan lagu “Michele”. Ia tak bernyanyi. Ia hanya memainkan gitar, lalu meniup harmonika. Lagunya terdengar begitu syahdu sekaligus riang. Kita tertawa-tawa sembari berpegangan tangan di pinggir jalan Kaliurang. Pogung hanya selemparan batu saja.

Kerlip lampu masih gemebyar. Sedang jalanan sudah mulai sepi. Beberapa pasang mata melihat kita dengan tatapan aneh. Tapi peduli setan. Saat ini dunia hanya milik kita bertiga: aku, kamu, dan pak Peter sebagai bintang tamu. Harus selalu ada pemakluman terhadap dua golongan orang: orang yang jatuh cinta dan orang yang sedang patah hati.
Lagu pertama akhirnya usai. Aku meminta lagu kedua. Ini juga rencana mendadak, karena awalnya kita bersepakat bahwa cukup 1 lagu saja yang kita minta.
Kali ini aku meminta lagu favoritmu, “Something”. Lagu ini adalah ode dari George Harrison untuk sang kekasih, Pattie Boyd. Lagu ini memang indah. Saking indahnya, kau tak kuat menopang kakimu sendiri. Kurasakan, kakimu gemetar. Aku tahu betul kau sedang merasakan bahagia yang meluap-luap. Di momen seperti ini, aku berujar pelan “ayo dansa”. Tapi kamu menolak dengan malu-malu. Tak bisa dansa, katamu. Ya sudahlah. Toh aku juga hanya kenal joged dangdut sebelumnya.
Kau lantas menggamit tanganku, mengajakku duduk di atas trotoar  di depan sebuah toko yang sudah tutup. Kita bersama-sama menikmati kombinasi gitar dan harmonika yang terasa indah. Senyummu tak juga pudar. Malah semakin lebar. Wajahmu berhias semburat merah yang melintang, dari pipi kanan ke pipi kiri. Lalu ke seluruh wajahmu.
This is the sweetest moment I’ve ever had” ujarmu dengan mata yang berbinar menatapku. Duh, mata itu. Selepas lagu kedua usai, kita pun beranjak pergi setelah kita ngobrol sejenak dengan Pak Peter. Kita menuju gelaran jazz yang rutin diadakan tiap hari Senin. Sepanjang perjalanan menuju ke venue, pelukan makin terasa erat. Sambil sesekali diiringi tawa tersipu darimu.
Ah, ini Senin malam. Besok kamu pulang. Seketika, sesak meruap…
post-scriptum: Pak Peter berpesan “Semoga masih banyak anak muda lain yang tetap mendengar musik keren Beatles”. Oh ya, beliau juga ada di Vimeohttp://vimeo.com/34494801

14 thoughts on “Kamu dan Lennon Kaliurang

  1. wow ceritanya bagus banget..// jadi kangen sama jogyakarta.. kota yang tidak pernah di kunjungi lagi selama hampir 20 tahun… salam.

  2. kau mendengarkan musisi jalanan berdua bersama sang kekasih. aku sendirian ditemani klakson mobil berkepanjangan di jalanan jakarta yang sesak :’) hahahahaha

Leave a Reply

Your email address will not be published.