Menanti Guns N Roses

Tentu sebagian besar dari kalian tahu kalau Guns N Roses, band yang dulu pernah dijuluki sebagai band paling berbahaya di dunia, sedang mengadakan reuni. Awalnya, mereka bilang kalau reuni hanya akan diadakan keliling Amerika Utara saja.

Tapi uang berbicara.

Konser mereka laris manis. Dari 25 konser di Amerika Utara, 12 konser sold out. Diperkirakan lebih dari sejuta tiket yang terjual, sekitar 90 persen dari total tiket. Hingga Juli, tur berjudul Not in This Lifetime ini sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta dolar, hanya dari penjualan tiket saja. Karena itu, Guns N Roses mulai melebarkan tur reuni ini. Setelah Amerika Utara, mereka menjelajah ke Amerika Latin. Mereka mampir ke Peru, Argentina, Brasil, Kolombia, hingga Kosta Rika.

Dan benar saja, gerombolan brandalan ini tak mau berhenti di Amerika saja. Mereka sudah mengumumkan akan datang ke Jepang pada Januari, juga ke Selandia Baru dan Australia pada Februari. Apakah akan datang ke Indonesia? Bisa jadi. Saya sih optimis kalau ada promotor Indonesia yang mau menarik mereka ke Indonesia.

Tur mereka di Jepang akan berlangsung tiga kali. Pertama di Osaka, pada 21 Januari. Kemudian 28 dan 29 diadakan di Tokyo. Dari tanggal 21 ke 28 ada jeda 7 hari. Saya mikirnya, siapa tahu antara tanggal 22 hingga 26 mereka mau mampir ke Indonesia. Di Selandia Baru dan Australia akan ada 7 kali konser. Antara tanggal 2 hingga 21 Februari. Siapa tahu juga promotor Indonesia mendatangkan mereka setelah konser di Australia. Pangsa pasar Guns N Roses amat besar di Indonesia. Apalagi ini menampilkan formasi reuni, walau Izzy belum pernah ikut sampai sekarang dan Steven baru tampil tiga kali.

Selain uang, saya melihat ada alasan lain kenapa Guns N Roses (ah, disingkat aja lah ya) mau reuni, bahkan tidak cuma satu dua konser saja. Mereka seperti sudah mengubur dendam masa lalu. Pengaruh umur mungkin. Makin tua makin malas ribut.

Selain itu mereka seakan menemukan keasyikan bermain dalam formasi yang nyaris ideal –minus Izzy dan Steven. Bisa jadi mereka merasa kembali jadi bromocorah-bromocorah di umur awal 20. Panas, penuh gairah, dan tentu saja tidak berpikir apa-apa kecuali bersenang-senang di atas panggung.

Ada beberapa hal yang jadi tanda-tandanya. Semisal Axl yang sepertinya rela melakukan diet ketat. Dia jadi lebih kurus ketimbang bertahun lalu. Sewaktu di Jakarta, Axl tampak bundar. Meski masih bisa bernyanyi lumayan prima, nafasnya ngos-ngosan. Apalagi di penghujung konser. Sekarang, Axl tampak lebih segar. Nyanyinya jadi lebih sangar. Dia mampu melahap tanjakan nada di “Estranged” dengan enteng. Kelokan di “Welcome to the Jungle” atau “You Could Be Mine” juga disikat dengan lempeng.

Yang mengharukan bagi saya adalah hadirnya Steven Adler dalam tiga konser reuni ini. Bagi saya, Steven adalah personel yang nasibnya paling mengenaskan. Axl seperti benci sekali dengannya, walau hingga sekarang tidak jelas kenapa. Bisa jadi karena kecanduan yang bikin Steven tidak maksimal ketika menggarap Use Your Illusion. Bisa jadi karena alasan lain. Hanya tuhan, setan, dan Axl yang tahu.

Selepas dipecat dari GNR, Steven nyaris luntang lantung. Dia kehilangan tujuan hidup. Masih tetap kecanduan. Pernah kena stroke ringan yang membuat bibirnya jadi asimetris hingga sekarang. Untung ada Rikki Rockett, drummer Poison, yang mengajak Steven jadi salah satu duta drum buatannya. Steve mulai aktif bermain band lagi. Sewaktu tampil bersama GNR, ciri khasnya tak pernah hilang: ketukan yang ritmis namun groovy dan senyum lebar yang ikonik.

Seharusnya Steve dan Matt diajak tur menggantikan Frank Ferrer. Si botak itu mainnya buruk benar. Macam Crocuta crocuta yang diberi beduk. Sama sekali tak menyenangkan, baik didengar maupun dilihat.

Tapi tetap, bagi saya pribadi, kunci reuni ini ada di Izzy. Dia gitaris idola saya sepanjang masa, bahkan lebih keren dibanding Slash sekalipun. Entah kenapa dia tidak mau ikut reuni ini. Maret, satu bulan sebelum tur GNR dimulai, Izzy malah mengunggah video dia menyanyi lagu “Stuck in the Middle With You” milik Stealers Wheel.

Mungkin Izzy ingin bercanda: dulu bertahun-tahun aku terjebak bareng kalian, sekarang aku tidak mau lagi. I can’t take it anymore.

Izzy tetap personel yang paling cool dan kalem. Yang paling tidak suka gaya hedon para rockstar. Dia banyak menciptakan lagu GNR. Termasuk bernyanyi. Mengingat Izzy, selalu membuat saya mengenang ketika dia bersenandung “14 Years”, lagu tentang persahabatannya dengan Axl yang kemudian hancur gara-gara popularitas dan hal-hal artifisial yang mengikutinya. Rock n roll memang tai kucing.

But it’s been
14 years of silence
It’s been
14 years of pain
It’s been
14 years that are gone forever
And I’ll never have again

Kemungkinan terburuk reuni ini adalah: mereka tak mampir ke Indonesia. Kalau begitu keadaannya, saya sudah bilang ke Rani kalau, kemungkinan besar, akan saya kejar hingga ke Jepang. Kapan lagi melihat Axl, Slash, dan Duff satu panggung. Bisa jadi setelah tur ini mereka ribut lagi kemudian bubar sampai mereka mati satu per satu. Semoga saya bisa menabung hingga saat itu tiba.

One thought on “Menanti Guns N Roses

Leave a Reply

Your email address will not be published.