27 and Life

Saya selalu berpikir kalau hidup saya akan berakhir di umur 27.
Atau setidaknya bunuh diri di umur 27.
Ternyata perkiraan yang saya buat saat masih berambut gondrong dan mengimani The Doors mati-matian, meleset total. Saya masih hidup hingga sekarang, beberapa hari setelah usia saya resmi 27. Saya belum mati. Pun, belum bernyali untuk bunuh diri. Mendadak saya jadi tertawa kecil mengingat kemauan saya dulu. Saya dulu ingin mati bunuh diri, seandainya saya tak mati di umur 27. Sekarang, keinginan itu terasa seperti mimpi lugu para remaja yang terlalu banyak menenggak LSD dan mendengar Janis Joplin.
Umur 27 saya sambut dengan biasa saja. Walau konon umur itu adalah umur keramat. Yang konon juga, akan menentukan jalan hidupmu kelak. Beberapa keputusan penting dalam hidupmu akan dibuat di umur 27. Katanya demikian.
Bagi saya, salah satu kepentingan penting dalam hidup sudah saya ambil beberapa bulan sebelum menginjak umur 27. Menikah. Iya, saya memutuskan untuk menikah 8 bulan sebelum umur 27. Sebelumnya, pindah ke Jakarta juga menjadi salah satu keputusan penting dalam hidup saya.
Semalam sebelum ulang tahun, Rani menanyakan saya mau kado apa. Jujur, saya bingung. Saya berasal dari keluarga yang tak begitu peduli dengan perayaan ulang tahun. Beberapa kali, saya lupa ulang tahun ayah, mamak, adik dan kakak, bahkan ulang tahun saya sendiri. Jadi ritual ulang tahun, atau menerima kado, bukan sesuatu yang sering saya alami.
Tapi Rani selalu membuat ulang tahun saya jadi istimewa. Beberapa jam sebelum jam 12 tiba, ia sudah mengucapkan selamat ulang tahun.
“Mau kado apa?”
“Hmm… gimana kalau gitar?”
Rani diam sejenak. Lalu menyahut. “Oke deh.”
Saya terlonjak girang. Tak menyangka ia mengiyakan permintaan saya. Maklum, sebagai pengantin baru, tanggungan kami begitu banyak. Semua hal klise seperti bayar kontrakan, listrik, belanja bulanan, dan beberapa hutang lain. Beli gitar tentu bukanlah sebuah prioritas.
Tapi ternyata lidah dan muka saya cukup membuat Rani jadi terharu. Ia mengabulkan permintaan saya. Beberapa jam kemudian, ia terlihat menyesali keputusannya ini. Hahaha. 
Akhirnya, dua hari selepas ulang tahun, saya dan Rani pergi ke sebuah toko musik di bilangan Kebayoran Baru. Satu gitar berwarna natural saya pilih. Senyum saya terkembang lebar. Kepala Rani langsung pusing, cenat cenut memikirkan penataan ulang beban fiskal rumah tangga bulan ini. 
Gara-gara gitar itu, saya menemukan kembali kecintaan lama terhadap gitar. Rasa girang dan ingin mengulik lagu muncul lagi. Rasa senang itu sebenarnya diikuti oleh aduhan. Jari saya melepuh, karena lama tak pernah menekan senar gitar. Beberapa hari kemudian, ujung-ujung jari mulai mengapal. Rasa sakit mulai hilang.
Rumah jadi mendadak bising karena saya main gitar. Rani kadang ngomel, karena saya tak mengenal waktu. Jam 12 malam, saya pun sibuk genjrang genjreng. Terakhir, ia menyuruh saya mengamen di sepanjang Tebet, agar modal beli gitar bisa balik. Dasar istri tak solehah.
Soal gitar ini mungkin akan saya tulis di postingan yang lain.
Intinya, saya bersyukur saya tak jadi mati di umur 27 pas. Juga bersyukur saya tak punya nyali buat mengakhiri nyawa sendiri. Ternyata hidup menyenangkan. Memberi saya kejutan-kejutan baru. Saya yakin, akan ada banyak cerita dan kejutan lain yang menanti saya di simpangan-simpangan hidup berikutnya.
Tapi umur 27 juga memberi saya peringatan-peringatan kecil. Seperti sengatan-sengatan di bagian bahu selepas makan panganan kolesterol. Atau nafas yang sudah jadi pendek-pendek. Naik tangga dua lantai saja sudah macam lari maraton 15 kilometer. Sinyal kecil semacam itu mungkin muncul untuk memberi peringatan: kau tak bisa serampangan lagi dalam mengatur hidup!
Perihal hidup selepas 27 yang konon hanya menunda kekalahan, tak apa lah. Toh saya juga bukan orang yang menganggap hidup adalah perihal menang atau kalah. Menikmati hidup tampaknya lebih mengasyikkan ketimbang memikirkan menang atau kalah.
Jadi, umur, sampai jumpa tahun depan.[]

4 thoughts on “27 and Life

  1. Hahaha belum tentu lewat 27 loh, kan 28 masih lama :p

    Selamat ulang tahun biar pun udah telat ya Nuran. Semoga panjang umur. Blogmu selalu jadi tempat wisata maya yang paling menyenangkan, keep it up! 😀

    Axl dan Slash seharusnya tidak lolos dari angka 27 itu. Axl sih paling nggak. Slash bisa menjadi seperti Robby Krieger untuk menjaga nama besar GNR. Hahaha..

Leave a Reply

Your email address will not be published.