Pertama, saya jelas akan meniru jejak Dik Doank dan Gola Gong yang mendirikan rumah literasi di pedesaan tempat mereka tinggal. Dik Doank dengan Kandang Jurang Doank, dan Gola Gong dengan Rumah Dunia.
Kandank Jurank: Gambar diambil dari sini |
Rumah Dunia: Gambal diambil dari sini |
Setiap sore sepulang sekolah akan ada pelatihan literasi yang mengundang para pemateri yang kompeten. Pelatihannya adalah pelatihan gerakan kreatif. Bisa berupa menulis cerpen, menulis artikel, menulis skenario film, atau pelatihan sinematografi. Akan ada pula pelatihan teater atau musik. Juga akan ada diskusi, mulai diskusi film, musik, filsafat, atau sastra. Tiap 2 atau 3 bulan nanti akan ada pentas kesenian yang diisi oleh anak-anak desa tersebut.
Lalu bagaimana dengan biaya untuk membangun rumah literasi ini? Mungkin untuk awal, biaya akan datang dari kantong sendiri. Anggap saja ini bakti untuk daerah kita. Kita pilih satu desa dulu, mari mulai dengan desa tempat kita tinggal, atau desa yang sekiranya kurang tergarap dengan baik. Nanti kalau sudah mulai berkembang, baru kita melangkah ke desa yang lain.
Untuk buku, sebagai anggota DPD yang memiliki banyak koneksi, saya akan minta tolong kepada para koneksi saya untuk mengumpulkan segala buku atau majalah. yang nantinya akan menjadi koleksi awal rumah literasi. Membangun rumah literasi ini memang tak mudah dan biaya yang tak sedikit.
Tapi nanti hasil pasti akan datang. Kandang Jurang dan Rumah Dunia sekarang sudah menjadi pusat literasi di desa yang sudah tersohor hingga bisa mendatangkan sponsor, relawan, atau bahkan penyandang dana. Nantinya dana itu akan diputar kembali. Membeli tanah untuk memperluas rumah literasi, membeli buku, membangun gazebo untuk ruang diskusi, membuat kolam ikan untuk wiraswasta, atau bahkan membangun rumah literasi di desa lain.
Kandang Jurang dan Rumah Dunia juga sudah menelurkan banyak pemuda dengan kemampuan literasi yang mengagumkan. Hasil dari pelatihan literasi yang rajin mereka galakkan. Ada yang menjadi penulis novel, ada yang menjadi dosen, ada pula yang menjadi kameramen. Pemuda-pemuda seperti itulah yang dibutuhkan oleh daerah. Pemuda yang kreatif dan bisa memberdayakan diri sendiri. Pemuda yang mau membangun desa dan tak melulu ingin pergi ke kota demi penghidupan yang lebih baik.
wah saya uda nulis di twitter 😀
ikut2an aja lu kribo :p
Wah asyik bakal banyak ada perpus di kampung-kampung neh kalo jadi wakilnya…:)
Don Komo: Semoga saja ide ini di dengar lalu diterapkan. Alangkah menyenangkannya melihat ada banyak perpus di desa 🙂
sebelumnya saya gak tahu lo mas apa itu literasi, dan pmnfaataanya bagi kita tapi jika saya lihat bahwa semua ini dimulai dari iqra (yang berarti bacalah) bahwa membaca ialah pangkal dari ilmu pngetahuan bagus mas tulisanya kalo bkenan kunjuan balik mas http://www.ardiannugraha.com/2011/11/andai-saya-anggota-dpd-ri-takkan-ku.html
makasih udah mampir mas ardian 🙂