Namanya Bob. Orang banyak memanggilnya dengan sebutan Bob Potlot. Saya rasa, semua orang yang pernah datang dan nongkrong di Gang Potlot pasti tahu orang ini. Bob sudah jual rokok di Potlot sejak tahun 1982. Namun mungkin tak banyak yang tahu nama aslinya.
“Nama asli saya Karyana, cuma anak-anak manggil saya Bob. Mungkin yang sekarang pada nongkrong di sini gak tahu nama asli saya siapa,” katanya sembari tertawa. Memperlihatkan deretan gigi yang lumayan rapi dan sehat.
Mungkin nama Karyana dianggap terlalu susah untuk dihafal. Pun, kurang enak untuk dipanggil. Maka anak-anak Potlot waktu itu memanggilnya dengan sebutan Bob. Diambil dari kaus bergambar Bob Marley sedang nyimeng yang waktu itu sering dipakai oleh Karyana.
Saya bertemu dengannya di sebuah siang yang terik. Urusan saya sudah selesai. Namun dahaga membuat saya mampir di kios Bob. Minum teh botol dan makan keripik.
Di luar gang, macet masih mengular panjang. Duren Tiga, Jakarta Selatan, memang salah satu titik macet. Tapi Potlot tenang, semacam tak tersentuh hiruk pikuk selatan Jakarta. Pohon-pohon besar yang tumbuh di banyak rumah juga banyak membantu mengurangi terik.
Bob datang ke Jakarta pada awal 80-an. Asalnya dari Tegal. Sama seperti kebanyakan perantau yang datang ke Jakarta, Bob berharap mendapat pekerjaan yang baik. Tapi hasilnya nihil. Setelah mencoba selama dua tahun, Bob akhirnya memutuskan mendirikan kios kecil tepat di bibir gang Potlot. Sejak itu, Bob akrab dengan penghuni Potlot. Ia mengenal personel Slank sama baiknya dengan mengenal anak sendiri.
Di suatu panggung 17 Agustusan, Bob terkesima melihat Akhadi Wira Satriaji bernyanyi di atas panggung.
“Dia nyanyi lagu barat, saya gak tahu judulnya. Tapi bagus bener. Saya mikir, ini anak bakal jadi penyanyi beneran,” kata Bob.
Nubuatnya terbukti benar di kemudian hari. Akhadi, lebih dikenal sebagai Kaka, menjadi vokalis Slank, band rock n roll terbesar di Indonesia hingga sekarang.
Bob juga kenal baik dengan para remaja yang sering nongkrong di Potlot. Kebanyakan dari mereka lantas jadi musisi terkenal. Waktu remaja, para calon musisi itu sering nongkrong di jembatan. Main gitar dan nyanyi.
Ada Imanez dan Didit Saad, dua bersaudara yang punya rumah tak jauh dari gang Potlot. Rumah mereka sekarang jadi Hotel Kaisar. Menurut penuturan Bunda Iffet, mantan personal manager Slank yang sudah tinggal di Potlot sejak pertengahan 60-an, kakek nenek Imanez dan Didit adalah orang kaya.
“Mereka punya tanah luas banget. Neneknya mereka itu orang terkaya keempat di Jakarta,” kata Bunda.
Selain dua bersaudara itu, ada pula Oppie Andaresta, Bongky, Pay, Indra, hingga Denny, sepupu Bimbim yang lantas jadi bassist awal Slank.
Anak-anak muda itu sama saja dengan remaja kebanyakan. Merokok, tapi tak punya uang berlebih. Akhirnya mereka sering berhutang ke Bob. Kadang mereka berhutang tak tanggung.
“Si Indra dulu hutangnya malah suka satu slop. Sukanya rokok luar negeri, Camel itu. Kadang Marlboro,” tutur Bob.
Hampir semua anak Potlot pernah berhutang pada Bob. Salah satu yang paling sering adalah Anang Hermansyah. Kala itu, Anang baru saja datang dari Jember. Ia dibawa oleh Pay, gitaris Slank. Anang lantas meniti karir sebagai vokalis band rock Kidnap Katrina, bersama Massto, adik Bimbim yang jadi drummernya, dan Koko, kakak Kaka yang jadi gitaris.
Selain itu, Anang juga dikontrak sebagai penyanyi solo. Namun karir solonya lebih berhasil. Kidnap Katrina bubar seusai album perdana rilis. Saya sekali sebenarnya. Karena Kidnap adalah salah satu produk terbaik gang Potlot.
Suatu hari ada satu orang yang datang ke Bob. Tanya-tanya soal Anang. Bob tak tahu kalau yang datang itu adalah wartawan. Dengan enteng saja ia ngomong kalau Anang sering hutang rokok.
Dua minggu kemudian, artikel tentang Anang terbit di sebuah majalah remaja terkenal. Disebutkan, dengan gaya kelakar, bahwa Anang sering hutang rokok pada Bob.
“Dua hari kemudian, Anang lewat di Potlot naik mobil. Dia buka kaca, trus bilang, ‘Wah jangan gitu dong Pak Bob. Kan semuanya juga hutang,'” kata Bob sembari tertawa.
Namun setelah banyak dari anak Potlot sukses, mereka tak lupa pada Bob yang berjasa memasok nikotin hutangan. Mereka kerap memberi uang pada Bob.
“Setiap lebaran, si Indra, Bongky, selalu rutin ngasih duit,” kata Bob.
Momen gelap di Potlot adalah saat kebanyakan dari mereka kecanduan narkoba. Beberapa yang tak ingin ikut kecanduan, memilih untuk pergi dari Potlot. Sedangkan yang kecanduan, lebih memilih menekuri kecanduannya masing-masing di kamar mereka.
“Sudah gak ada lagi yang nongkrong di jembatan, gak ada yang gitaran sambil nyanyi-nyanyi,” kata Bob.
Bagi Bob, narkotika memang membawa masalah. Ia bahkan pernah melihat sendiri seorang bandar tewas di depan matanya.
Hari itu, polisi berpakaian preman datang ke Potlot. Mereka sedang memburu bandar bernama Jerry, yang kebetulan sering nongkrong dan berbisnis di Potlot. Melihat polisi, Jerry panik dan melompat ke got di depan warung Bob.
Polisi ikut melompat, tapi jatuh. Mungkin karena kesal dan tak ingin capai mengejar, si polisi memilih untuk menarik pelatuk. Dor! Jerry tewas di got kecil itu.
“Jerry ketembak di depan warung saya,” kata Bob.
Potlot berduka karena mereka mengenal Jerry secara personal. Slank membuatkan lagu berjudul “(Jerry) Preman Urban” khusus untuk mengenang Jerry. Lagu ini muncul di album Tujuh yang dirilis awal 1998.
Berminggu berlalu
Berbulan berlalu
bertahun berlalu
Dia terperosok semakin dalam
Suatu malam menjelang pagi
Di dekat rumahku
Dia buron karena ulahnya
3 peluru di tubuhnya
Jerry tewas di tangan petugas!
Di tahun yang sama, warung Bob digusur. Tapi berkat bantuan Bunda Iffet, Bob dapat sepetak lahan untuk berjualan. Tepat di samping markas Slank.
Sebotol teh sudah tandas. Macet sudah mulai terurai. Sepertinya saatnya untuk pulang. Saya pamit, Bob tersenyum.
Kalau kamu sedang berkunjung ke Potlot, mampirlah ke warung Bob. Bertanyalah apapun tentang Slank, atau para penghuni Potlot lain. Bob dari Potlot akan menceritakan kisah-kisah yang tak akan pernah dimuat di media atau ditayangkan di media gosip. []
post-scriptum: beberapa bahan di tulisan ini saya dapatkan dari tulisan pendiri Sarekat Pemuda Pengobral Aer Mata, Eddward S. Kennedy alias Panjul. Ia banyak membantu saya saat ada proyek Slank ini –yang akhirnya kandas di tengah jalan.