Glam rock dan hair metal memang dikenal besar di Amerika. Tapi Eropa jelas tak mau kalah. Pasalnya, akar glam rock memang berasal dari Inggris, tanah kelahiran T-Rex yang termahsyur itu. Glam rock dari Inggris itu lantas menyebar di tanah Eropa lain.
Ada Hanoi Rocks dari Finlandia, hingga Krokus dari Swiss. Selain Inggris, Swedia patut dianggap sebagai tanah para musisi glam. Band glam rock paling mahsyur dari Swedia adalah Europe. Band yang digawangi oleh Joey Tempest dan John Norum ini menghasilkan beberapa album bagus, termasuk yang paling terkenal: The Final Countdown (1986). Swedia juga punya band glam rock yang juga terpengaruh sedikit musik industrial, Shotgun Messiah.
Lama tak terdengar kabarnya di kancah glam rock, Swedia kembali memanas. Negeri yang juga tempat kelahiran gitaris “tangan copet” Yngwie Malmsteen ini sekarang dianggap sebagai tanah kebangkitan kembali glam rock Eropa circa 2000.
Awalnya adalah gerakan bawah tanah. Dari bar ke bar lain. Manggung dari satu panggung ke panggung yang lain. Ada beberapa nama yang cukup kondang. Mulai Vains of Jenna hingga Crashdïet. Rata-rata mereka memulai karir sejak awal tahun 2000.
Crashdïet termasuk salah satu yang paling populer. Mereka menelurkan album debut Rest in Sleaze pada tahun 2005 .Tapi pada tahun 2006, sang vokalis mereka, Dave Lepard bunuh diri. Tak pelak, kematian sang frontman membuat band ini goncang dan memutuskan untuk bubar. Tapi beberapa bulan kemudian, band ini memutuskan untuk kembali berkarir. Mereka sempat membuat 2 album lagi, The Unattractive Revolution (2007) dan Generation Wild (2010). Saat ini mereka sedang menggarap album baru bertajuk Anarchy yang akan dirilis tahun 2013.
***
Pada tahun 2004, di tengah udara Kalmar, Swedia yang dingin, 4 sekawan sepakat membentuk band yang terpengaruh musik dari Kiss, Hanoi Rocks, Motley Crue, dan Poison.
Johnny Roxxy (bass), Julia (vokal), Wingz (gitar) dan Daniel Jackzin (drum) sepakat menamai band mereka Glitzy Glow. Mereka lantas mulai manggung di panggung-panggung kecil. Bar crawling gigs. Nama mereka perlahan lantang terdengar. Mereka memang tak punya banyak lagu, lebih banyak memainkan cover version band-band idola mereka.
Seiring nama mereka yang mulai menjulang, band ini lantas mulai bermain di tempat yang lebih besar. Mereka rutin manggung di Sticky Fingers di Gothenberg dan Cafe Opera di Stockholm. Hingga mengguncang tanah di Carnival of Emmaboda.
Sadar akan pentingnya lagu buatan sendiri, kuartet ini lantas menciptakan lagu berjudul “Welcome to This Glow”, sebuah lagu rock yang dibalut nuansa pop. Mengingatkan saya akan Def Leppard pada era Hysteria. Single kedua bertajuk “Black and Sunny Day” dirilis beberapa saat setelahnya. Lagu ini cukup sukses.
Sebuah perusahaan game, Rockgamer Studio membeli ijin lagu ini untuk dimasukkan ke dalam video game sejenis Guitar Hero untuk konsol XBox 360. Lagu “Black and Sunny Day” memang terdengar lebih atraktif, dengan permainan gitar pyrotechnics. Tak salah jika perusahaan Rockgamer Studio memasukkan lagu ini dalam video game terbaru mereka. Solo gitar di tengah lagu juga mengingatkan saya pada tipikal permainan solo ala Europe. Terutama karena Wingz bersenjatakan Fender Stratocaster, sama seperti John Norum.
Suara Julia pun terdengar sangat maskulin. Berat dan tak canggung untuk menapak nada-nada tinggi. Meski lirik dalam lagu “Black and Sunny Day” terdengar cheesy, tapi tetap tak menanggalkan unsur fun. Yeah, glam rock supposed to be fun. Reff yang catchy dijamin bisa menghasilkan koor sing along dalam setiap konser.
Glitzy Glow memang baru merilis dua lagu hingga saat ini. Tapi mereka bukannya berdiam diri. Saat ini mereka sedang mendekam dalam “gua” untuk merekam album terbaru mereka. Salah satu lagu bocoran dalam janin album tersebut adalah lagu berjudul “Cold Cold Heart” yang terdengar sangat raw namun catchy. Gerilya promosi pun sudah dilakukan melalui dunia maya, termasuk twitter dan facebook.
Saat ini laman Glitzy Glow di facebook sudah menjaring 121 ribu lebih penggemar. Dan tebak, siapa negara yang menyumbangkan fans paling banyak? Amerika? Salah besar. Swedia? Juga salah. Jawabannya adalah, sebuah negara dunia ketiga yang juga pernah terserang gelombang glam rock pada medio 80-an: Indonesia.
Dari Glitzy Glow untuk fans dari Indonesia |
Iya, negara tercinta kita itu menyumbangkan 33,460 fans untuk laman facebook Glitzy Glow.
Dengan lagu yang lumayan catchy plus jumlah penggemar yang tak bisa dibilang sedikit itu, saya jadi tak sabar menantikan album Glitzy Glow dirilis. Yang jadi pertanyaan, apakah band ini bisa menjadi lokomotif pembawa gerakan kebangkitan glam rock Eropa ke seluruh dunia?
Let’s see and wait…
Numpang promo bro,.
http://glittermen.blogspot.com/?m=1
Wah, ada kumpulan glam rocker dari Makassar nih 🙂 Salam kenal bang, aku sudah tau Glittermen sejak lumayan lama. Dikasih tau Rezanov GRIBS. Sukses terus, keep rocking 🙂