Hamburg Part 2: Dari Pelabuhan Hingga Sepak Bola

Kota terbesar kedua di Jerman ini memiliki pelabuhan terbesar kedua di Eropa. Eratnya hubungan Hamburg dan air tecermin dari nama resmi kota ini, Freie und Hansestadt Hamburg, yang dalam bahasa Inggris berarti: Free and Hanseatic City of Hamburg. Selain perdagangan, pariwisata adalah sektor ekonomi andalan Hamburg.

Di 2008, kota ini berhasil memikat 7,7 juta wisatawan, lebih banyak dari jumlah turis Indonesia di 2010. Tapi sejarah kota ini tak selalu menampilkan kisah manis. Sejumlah babad mengenai tanah Eropa menuturkan, pada 845, 600 kapal Viking menginvasi Jerman melalui Sungai Elbe dan meluluhlantakkan Hamburg. Di masa Perang Dunia II, kota ini kembali rata dengan tanah akibat hujan bom. Peran Hamburg sebagai kota pelabuhan internasional dimulai pada 1189 saat Raja Jerman kala itu, Frederick Barbarossa, menerbitkan aturan bebas pajak.

Menaiki kereta bawah tanah U-Bahn, dengan menenteng sebotol bir dingin saya meluncur ke Landungsbrucken,  kawasan di pelabuhan yang tersohor sejak 300 tahun silam. Kawanan camar berkicau di bawah langit cerah musim panas yang baru saja dimulai. Klakson kapal bersahutan memenuhi udara. Di sudut yang lain, orang-orang bersantai di tangga pelabuhan, menenggak bir dingin, atau mengudap baguette ikan. Landungsbrucken lebih terlihat sebagai sarana tetirah ketimbang area pelabuhan yang sibuk. 

Saya kembali ke daerah St. Pauliuntuk menyatroni pasar ikan. Beroperasi sejak 1703, pasar ini merupakan salah satu yang tertua di dunia. Yang dijual bukan cuma ikan, tapi juga sayur dan buah. Suasananya sangat riuh. Tak jauh berbeda dari pasar ikan di Jepang. Para pedagang berteriak-teriak mempromosikan dagangannya. Mereka dijuluki “Marktschreier vom Hamburger Fischmarkt” alias “Penjual Tukang Teriak dari Pasar Ikan Hamburg”. Butuh usaha ekstra untuk menyambangi pasar ini, sebab pasar ini hanya buka di Minggu pagi, mulai pukul lima hingga pukul sepuluh pagi.
Balai Pelelangan Ikan di Landungsbrucken
St. Pauli juga memiliki tim sepakbola: FC St. Pauli. Jarang ada yang mengenalnya di tingkat internasional, tapi di kalangan warga lokal, klub ini sangatlah legendaris. Dengan lambang tontenkopf (tengkorak plus dua tulang femur yang melintang), klub yang berdiri pada 1910 ini menyandang julukan “The Pirates of the League”. Terdengar ganas memang, tapi sayang prestasinya melempem. Ia justru lebih terkenal berkat basis penggemarnya yang fanatik, yakni kelompok sayap kiri yang antirasis, antifasis, dan antiseksis. Tak jarang, mereka berseteru dengan kaum Neo Nazi. Yang juga unik, klub FC St. Pauli memiliki pendukung perempuan terbanyak di seantero Jerman. 
Hamburg sendiri memiliki dua buah klub sepak bola profesional. Yang pertama adalah Hamburg FC, klub yang prestasinya lebih mentereng ketimbang FC St. Pauli. Banyak pemain top yang bercokol disana, sebut saja Ruud Van Nistelrooy, mantan penyerang Manchester United dan tim nasional Belanda. Tapi bagi para penduduk Hamburg, terutama daerah pelabuhan, FC St. Pauli adalah klub yang lebih pantas dibanggakan. Saya melihat banyak anak muda dengan jumawa memakai jersey atau jumper dengan lambang tontenkopf yang sangar itu.
(Bersambung)

2 thoughts on “Hamburg Part 2: Dari Pelabuhan Hingga Sepak Bola

  1. soal sepakbola; St.Pauli itu klub divisi berapa ya?
    kok saya jarang mendengar nama klub itu. Bahkan belum pernah seingat saya.hehehe

    Selain kota perdagangan, juga kota sepakbola. hahahaa..

    St.Pauli barangkali tim level II. Hampir mirip klub milik Engkong Bakrie dengan Vise-nya.. hahhaa

    1. Dulu St. Pauli ini sempat maen di divisi utama bundesliga, barengan sama tim-tim besar macam Bayern Munich dll. Tapi terus prestasinya merosot. Kalau gak salah sekarang mereka ada di divisi 1 gitu deh. Tapi bagi kebanyakan orang Hamburg, St. Pauli tetap tim favorit 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published.