Saat itu sudah lepas tanggal 13 Januari 1952. Ernesto Guevara baru saja meninggalkan rumah kekasihnya, Chichina, di Miramar. Selanjutnya ia akan menempuh perjalanan yang bahkan ia sendiri tak tahu kapan akan berakhir.
Ernesto sedang merasa gundah gulana. Hatinya terbelah antara perempuan yang dicintainya dan jalanan serta petualangan yang menggodanya. Saat itu Alberto sang kawan seperjalanannya sudah bersiap akan menempuh perjalanannya sendirian. Diantara bahaya yang entah kenapa terasa sangat romantis.
Lalu pada lembar buku hariannya yang kelak akan dibukukan dengan judul “The Motorcycle Diaries”, Ernesto menuliskan sebuah puisi milik Otero Silva, seorang penulis puisi dan novelis kiri asal Venezuela.
I heard splashing on the boat
her bare feet
And sensed in our faces
the hungry dusk
My heart swaying between her
and the street, the road
I don’t know where I found the strength
to free myself from her eyes
to slip from her arms
She stayed, crying through rain and glass
clouded with grief and tears
She stayed, unable to cry
Wait! I will come
walking with you.
Pada akhirnya kita semua sama-sama tahu kalau Ernesto lebih memilih petualangannya barang sejenak. Ia berhasil menempuh perjalanan yang berat, yang kelak merubahnya menjadi seorang Che Guevara. Ernesto benar-benar menjadi seorang lelaki yang sesungguhnya melalui perjalanan itu. Mungkin Kuba, dunia, atau bahkan anak gaul MTV, tak akan tahu siapa itu Che Guevara kalau perjalanan ini tak pernah terwujud.
Tapi Ernesto toh tak pergi selamanya. Karena Ernesto tahu, jika Chichina benar-benar mencintainya, ia akan menunggunya…
Yogyakarta, 19 Oktober 2011
Sembari membaca The Motorcycle Diaries (lagi)