Namanya Bobby. Junaidi Bobby, tapi di akta kelahiran, tertulis nama Mahbub Junaidi. Anak Betawi asli. Saya bertemu dengannya di suatu siang bulan Februari, atau Maret. Saya agak lupa. Dia datang di ruang rapat kantor, mengenalkan diri sebagai reporter baru. Tinggi, berkulit cokelat. Senyumnya lebar. Rambutnya gondrong, kribo. Mengingatkan saya akan Yandri waktu zaman kuliah dulu.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai tahu kalau Bobby ini adalah musisi. Dia pernah duet dengan Iwan Fals di sebuah panggung kampus. Iwan memanggilnya sebagai Bobby bin Soleh. Saya cari di Youtube, memang ada videonya. Bobby memainkan harmonika dengan canggih selagi Iwan nyanyi lagu yang dia ciptakan secara spontan di atas panggung.
Di Youtube pula saya menemukan beberapa penampilannya dengan nama Bobby Blegod. Dia memainkan lagu-lagu Iwan Fals dengan sangat apik. Saya amat suka cara dia memainkan “Di Mata Air Tidak Ada Air Mata”. Belakangan saya jarang ketemu dengannya. Dia lebih sering turun ke lapangan. Kalau ketemu paling cuma ngobrol sedikit, lalu dia kembali pergi.
Tapi sore tadi, tepat menjelang buka puasa, dia menghampiri saya sembari membawa CD.
“Mau dengerin laguku gak, Bang?”
Saya bilang kalau laptop saya tak ada CD ROM-nya. Dia punya cara lain. Mengambil kabel data dan menghubungkan ponselnya ke laptop saya. Sett settt, lima lagu sudah terpindah ke laptop. Saya simak judulnya. Ada “Kehidupan” dan “NATO” yang merupakan kover God Bless, lalu “Skala” yang merupakan kover lagunya Gombloh. Dua sisanya adalah lagu sendiri, “Jodohku” dan “Mbak Kece”.
Saya pribadi amat sangat suka dengan “Mba Kece”. Bukan karena saya memang pernah pacaran dengan perempuan yang lebih tua enam tahun, melainkan karena lagunya memang enak dan melodius. Tipikal lagu yang cepat sekali nempel di kepala. Liriknya juga lucu dan unik. Tentang usaha ingin memperistri perempuan yang lebih tua enam tahun.
Cuma beda enam tahun
Pautan usia kita
Jangan jadikan alasan
Untuk gak bisa kita kawin
Sewaktu ngobrol, Bobby cerita kalau dia menulis lagu itu saat dekat dengan perempuan yang lebih tua enam tahun. Dia juga terinspirasi hubungan Yuni Shara dan Raffi Ahmad.
“Tapi mereka kan jadian. Kalau aku gagal, Bang, hehehe,” katanya terkekeh.
Bobby juga punya band. Namanya Bobby and The Treebe. Dia kebagian tugas bernyanyi dan memainkan banjo. Menurutnya, dia memainkan banjo agar bisa melepaskan diri dari bayangan Iwan Fals, sang idola sekaligus patron terbesar musisi folk klasik di Indonesia macam Bobby. Lagu “Jodohku”, kalau orang mendengarnya, mau tak mau akan membuat orang teringat dengan Iwan. Dari segi lirik yang agak kenes dan jenaka tapi tetap memotret kehidupan sosial masyarakat miskin kota, hingga permainan gitarnya. Sayang Bobby and The Treebe agak sedikit terkendala jarak geografis karena selain Bobby, para personel lain ada di Bandung.
Selain itu, memainkan musik bluegrass itu agak memakan banyak ongkos. Selain harus menabung dulu untuk bisa rekaman, Bobby perlu mengeluarkan uang untuk personel tambahan. Di salah satu lagu yang akan direkam itu, Bobby perlu instrumen trombon. Sayangnya, dia kesusahan mencari musisi trombon. “Ada tuh pemain trombon dari Trans TV, tapi main sedikit bagian di satu lagu dia minta bayaran sejuta setengah, gak punya duit saya,” katanya.
Jadi sebelum bisa memainkan lagu dengan full band, Bobby mencoba merekam lagu-lagunya dalam versi akustik terlebih dulu. Dia memilih rekaman di sebuah studio milik seorang kawan baiknya, di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Di sana, dia bisa menghemat ongkos rekaman.
“Cuma modal anggur merah doang buat operatornya,” katanya lagi-lagi tertawa.
Saya minta izin Bobby untuk mengunggah satu lagu miliknya di blog ini. Bobby mengizinkan. Saya senang. Sebab “Mba Kece” ini memang kece punya. Ke depan Bobby seharusnya mulai fokus untuk hal-hal kecil namun penting.
Pertama, dia harus punya nama “reguler” yang jadi identitas. Di lagu yang dia beri, dia pakai nama Biduan Sember. Di Youtube dia kerap pakai Junaidi Bobby. Kadang Bobby Blegod. Belum lagi ada Bobby and The Treebe. Bikin bingung. Kesannya sepele memang. Tapi tanpa identitas yang kuat, orang akan kesusahan mengingatnya. Kedua, dia harus memaksimalkan internet. Sampai sekarang Bobby bahkan tak punya akun Soundcloud atau saluran resmi di Youtube. Padahal dua akun di sana sangatlah penting untuk menyebarkan karya dan membuat namanya dikenal.
Tapi setidaknya, biar saya coba awali menyebar namanya dari blog ini. Semangat terus Bob!
Unduh lagu “Mba Kece” di sini.
Bravo boby…lo jangan tanggung – tanggu jadi bisul yang besar agar terasa ketika meletus di dahi orang – orang yang katanya pembesar negeri ini.keluarkan isi yang ada di otakmu dan tuangkan kedalam nada.semoga jaya musisi indonesia…dan jangan lupa tuangkan air kedamaian ,salam satu jiwa ..buncit city
Bobby, seorang dengan pandangan luas tentang kehidupan yg dijalani secara sederhana..mantab Bob..
Sikat terus om bob
Insya Alloh akan besar Bob 🙂 negeri ini butuh sentilanmu…
semangat terus kawan, walaupun semakin banyak rintangan…sukses selalu OM BOBBY
Kasih tak sampai selisih 6 taon ame cewe’ Pulo kalibata ya bro..??
Uppss, salah terkait kali Gw..
2016 aku nonton Bobby and the treebe karena nganter pacar ku yang jadi gitarisnya.
2019 malah bobby yg jadi Suami saya, gak ngerti.. perjalanan hidup ini penuh misteri. 🙂
Sekarang bobby tinggal di Sumedang, ikut saya.. tinggal kota kecil mungil namun indah alamnya, udaranya sejuk, sampai Bobby gak mau pulang ke Jakarta kadung betah di Sumedang katanya.
Saking cinta nya sama Sumedang, Bobby mengeksplor kekayaan di sini menjadi sebuah temuan yang membuat bangga orang Sumedang namanya dan saya jg pernah berkata sama Bobby yg sekarang jd suami saya itu, ” Kamu itu perantau, blm punya banyak temen di sini, usahakan dapat kontak telfon 5 nomor aja tiap harinya buat nambah temen. Alhamdulillah, sekarang dia punya banyak temen di Sumedang dan cukup di kenal, bahkan sekelas Bupati pun sampe teriak ” Bobby… ” Bupati menyapa lewat jendela mobil ketika melintas di depan kedai kami.
Doakan kami lancar-lancar usaha dan sehat ya.. trimakasih buat teman-teman yang mengapresiasi karya Bobby, sekarang dia lagi anteng main air, bikin Bir Pletok berbahan dasar Teh perkebunan Cisoka Sumedang.
Kasih tak sampai selisih 6 taon ame cewe’ Pulo kalibata ya bro..??
Uppss, salah terka kali Gw yaak..
2016 aku nonton Bobby and the treebe karena nganter pacar ku yang jadi gitarisnya. 2019 malah bobby yg jadi Suami saya, gak ngerti.. perjalanan hidup ini penuh misteri. 🙂 Sekarang bobby tinggal di Sumedang, ikut saya.. tinggal kota kecil mungil namun indah alamnya, udaranya sejuk, sampai Bobby gak mau pulang ke Jakarta kadung betah di Sumedang katanya. Saking cinta nya sama Sumedang, Bobby mengeksplor kekayaan di sini menjadi sebuah temuan yang membuat bangga sekaligus buat geger orang Sumedang namanya BIR PLETOK SAMBÈANG terbuat dari pucuk teh. Saya pernah berkata sama Bobby yg sekarang jd suami saya itu, ” Kamu itu perantau, blm punya banyak temen di sini, usahakan dapat kontak telfon 5 nomor aja tiap harinya buat nambah temen. Alhamdulillah, sekarang dia punya banyak temen di Sumedang dan cukup di kenal, bahkan sekelas Bupati pun sampe teriak ” Bobby… ” Bupati menyapa lewat jendela mobil ketika melintas di depan kedai kami. Doakan kami lancar-lancar usaha dan sehat ya.. trimakasih buat teman-teman yang mengapresiasi karya Bobby, sekarang dia lagi anteng main air, bikin Bir Pletok berbahan dasar Teh perkebunan Cisoka Sumedang.