Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Banyak orang membeli buku karena merasa memiliki kedekatan dengan tokoh atau cerita. Saya pertama kali membeli buku Cinta Tak Pernah Tepat Waktu ini saat masih duduk di semester 6, atau 7, saya lupa.

Yang membuat tertarik di awal, tak lain tak bukan adalah gambar di sampul belakang: seorang lelaki dipotret dari belakang, dengan memakai kaos The Doors. Semua yang suka The Doors adalah orang keren, jadi saya yakin penulisnya juga keren. Maka saya sabet satu eksemplar.

Setelah menyelesaikan baca dengan sekali duduk –iya, buku ini semenarik itu– saya merasakan pengalaman yang sama saat membaca Balada Si Roy. Ada kedekatan dengan cerita, dengan tokoh. Tak semua penulis berhasil menghadirkan kedekatan intim macam ini.

Ternyata saya tak sendiri. Teman-teman Tegalboto saat itu sedang tertarik dengan apapun yang beraroma “cinta”, entah itu dari buku Alain de Botton atau kitab Erich Fromm, semua disikat habis. Termasuk Cinta Tak Pernah Tepat Waktu ini. Kami semua tak pernah mengenal Puthut EA sebelumnya. Tapi setelah usai membaca ini, maka kami menobatkan Puthut sebagai salah satu penulis favorit kami.

Dan ya, buku ini mengubah kami semua. Setelah khatam, semua anak Tegalboto, terutama yang laki-laki (karena hanya ada 2 perempuan di sana), berubah jadi macan. Atau setidaknya belajar untuk jadi macan. Macak seniman, pengembara, pematah hati para perempuan yang datang dan singgah dalam kehidupan kami. Tapi satu hal yang tak mau kami tiru saat itu: jadi aktivis. Haha.

Saya dan anak Tegalboto lain merasa kalau tokoh Aku dalam buku ini sangat mirip dengan kehidupan kami. Paling enggak, kami merasa mirip. Suka buku, suka seni, mengagumi perempuan; dan meski seberandal apapun, kami sangat mencintai dan menghormati ibu kami.

Buku ini adalah satu dari sedikit buku yang lumayan mengubah pandangan hidup saya. Mungkin tak cuma saya, tapi juga banyak orang lain. Termasuk Kak Nody Arizona yang sampai sekarang masih teguh menyusuri jalan sunyi seorang Macan.

Kini Cinta Tak Pernah Tepat Waktu dicetak ulang. Cetakan kelima, kalau tak salah. Saya sudah punya tiga buku ini, dari versi tiga cetakan yang berbeda. Mungkin kalau sudah gajian saya akan beli yang cetakan keempat dan kelima.

Oh ya, kurangnya buku ini cuma satu: penulisnya suka AS Roma. []

Buku ini bisa dipesan ke Pojok Cerpen, 0857 9608 7931.

Leave a Reply

Your email address will not be published.