Kemarin malam, sekira pukul 12 malam, saya misuh-misuh. Apalagi penyebabnya kalau bukan akhir dari episode 10 musim kelima Game of Thrones (GoT). Jon Snow mati!
Cuk!
George RR Martin, sang sutradara serial brengsek ini, memang tampaknya punya fetish yang tak sudah tak bisa disembuhkan: menghancurkan harapan dan kesenangan para penontonnya. Saya yakin, setiap para penonton misuh-misuh, pria tua tengik dengan brewok lebat ini pasti akan tertawa ngikik. Biadab memang.
Sejak musim pertama, kami, para penonton GoT, sadar kalau tak ada tokoh yang benar-benar favorit dan bisa hidup panjang. Ned Stark, tokoh utamanya, bahkan mati saat musim pertama belum usai. Semua tak aman dari kematian.
Benar saja, satu persatu karakter favorit saya di serial ini mati mengenaskan. Rob, Catelyn, Khal Drogo, Oberyn Martell, Jon Snow, bahkan Shireen yang masih kecil dan tanpa dosa itu mati. Semua mati. Cuuuuk! Bahkan tak cukup hanya mati, semua harus mati mengenaskan.
Ned dipenggal karena dipaksa mengakui pengkhianatan, sesuatu yang sama sekali tak ia lakukan. Rob dan Catelyn mati dijebak dan dibunuh. Khal Drogo mati karena kena racun dari anggota sukunya sendiri. Shireen mati dibakar di depan orang tuanya sendiri. Dan semua tentu ingat kematian Oberyn Martell yang mengenaskan itu. Mata ditusuk oleh jempol The Mountain, lalu boom! Kepalanya dihancurkan oleh remasan tangan si raksasa itu. Mataneeee!
Dan Jon Snow, karakter favorit semua orang –rasa-rasanya tak ada penonton GoT yang membencinya– harus mati karena pengkhianatan gerombolan anak buahnya yang bodoh. Rasanya menyebalkan harus menutup musim kelima ini dengan melihat Jon terbaring di atas salju, mata terbuka, dan darah mengalir.
Penderitaan ini makin bertambah karena serial ini baru akan tayang lagi pada 2016. Prettt!
Buahahaha… ternyata mas nuran hobi juga nonton GoT
Serial TV yang cuk banget…..
Salam dari jember
Hehehe. Iya nih. Ketagihan. Salam kangen untuk Jember. Lebaran aku balik ke sana 😀