Selain masa SMA, masa kuliah adalah masa yang bakal kita kenang seumur hidup. Terlalu banyak kenangan yang tercecer pada masa itu. Apalagi jika kamu adalah tipe mahasiswa seperti saya, yang merasa kalau menjadi mahasiswa 3,5 tahun itu kurang syip, harus minimal 5 tahun. Kalau di SMA punya waktu 3 tahun untuk kegiatan selo, maka di masa kuliah saya menghabiskan waktu nyaris 6 tahun (5 tahun 11 bulan) untuk melakukan kegiatan selo.
Baidewai, apa itu selo? Saya dengar istilah itu dari kawan-kawan yang berdomisili di Jawa Tengah. Mungkin plesetan dari slow, yang artinya pelan, yang kalau diejawantahkan (selo tenan bahasaku) jadi santai. Waktu bersantai itu yang lantas digunakan untuk melakukan hal-hal yang seringkali dianggap tidak penting. Tapi, kegiatan tidak penting itu yang bikin kita terkenang. Apalagi ketika umur sudah semakin merayap naik, dan tak ada lagi waktu untuk berselo ria.
Kemarin, Awe, si Raja Selo, menuliskan kisahnya tentang 5 kegiatan selo semasa mahasiswa. Lalu diikuti Tuki dan Jaki. Maka saya pun tak mau kalah dong. Jadi ini dia kegiatan selo saya semasa mahasiswa.
1. Ngajarin anak-anak SD lagu Black Dog pas KKN
Kalau ingatan belum berkarat, saya menempuh KKN ini saat semester 8. Saya ditempatkan di desa bernama Pocangan, sebuah desa terpencil di perbatasan Jember-Bondowoso. Selayaknya mahasiswa KKN, harus ada program dong. Saya bingung mau bikin program apa waktu itu. Akhirnya larinya ke program standar: mengajar bahasa Inggris. Tapi saya cengo, karena ternyata anak-anak SD disana sama sekali belum bisa bahasa asing itu sama sekali. Bahkan anak kelas 6 pun tidak bisa bahasa Inggris dasar seperti angka atau warna. Di hari pertama saya ngajar, anak kelas 6 SD disana berkelahi dalam kelas. Ampun mak.
Hari berikutnya saya ngajar anak kelas 3. Suntuk karena jam pelajaran masih lama, saya iseng nanya lagu-lagu apa yang mereka suka. Jawabannya standar, band-band melayu yang lagi ngetren waktu itu. Lalu selo saya kumat. Saya ambil kapur, lalu menuliskan lirik awal Black Dog-nya Led Zeppelin. Saya ajak mereka bernyanyi. Kawan-kawan saya yang ikut menemani hanya bisa bengong. Murid-murid saya juga awalnya bengong. Tapi akhirnya mereka ikut bernyanyi dengan semangat.
Kelas saya akhiri lebih cepat. Kemana? Belajar bareng? Salah besar. Saya ajak mereka ke sungai, mandi dan mancing. Selo tenan cuk. Oh ya, yang bikin saya terharu, beberapa hari setelah adegan selo itu, saya sedang berada di dalam kamar. Ada seorang anak melintas sembari bernyanyi pelan “hey hey mama, said the way you move…” Iya, anak yang tak bisa bahasa Inggris itu bahkan masih ingat lagu Black Dog, hehehe.
2. Nonton Skid Row di Malang
Ini benar-benar selo tingkat dewa. Waktu itu masih masa aktif kuliah. Saya denger kabar kalau Log Zhelebour sang dermawan rock itu mengadakan konser Skid Row di Malang yang harga tiketnya cuma Rp.25.000. Saya dan Taufik langsung bersorak. Dua anggota pathetic four lain, Alfien dan Budi tak tahu siapa itu Skid Row, tapi saya paksa supaya mau ikut, akhirnya ikut.
Anggota haji hair metal ada 6: Saya, Taufik, dan Koko yang tahu dan menggemari Skid Row. Serta Alfien, Budi, dan Hadi yang sama sekali tak tahu Skid Row. Kami harus menggelandang, ditilang polisi, hujan-hujanan, dan banyak cerita bodoh lain. Tapi semua kegiatan selo itu berakhir happy ending. Saya berdiri hanya beberapa meter dari Skid Row, salah satu band favorit saya sepanjang masa. Berkaca-kaca ketika Scotti Hill memainkan intro 18 and Life, bernyanyi bersama ketika I Remember You dilantunkan, dan berteriak-teriak sembari mengacungkan tangan ke udara ketika Youth Gone Wild dimainkan sebagai lagu terakhir. Selo rock n roll!
3. Naik motor di Taman Nasional Bali Barat di malam hari
Miko adalah salah satu partner hidup saya yang orangnya sangat selo. Saya cocok berpartner dengan dia, karena sama-sama selo. Salah satu contoh brengseknya ya ketika kami pergi ke Bali.
Miko: Jam piro enake budal?
Saya: Isuk cuk, jam 9
Miko: Oyi wis!
…
Jam 12 siang saya baru bangun tidur karena kecapekan seusai merampungkan kerjaan. Miko? Dia jam 2 siang masih pontang-panting ngurus birokrasi KKN. Saya ke kosannya yang apak itu jam 3 sore. Dia dapat telpon dari pacarnya. Sebut saja namanya Ahmad (bukan nama sebenarnya).
Miko: Hah? Sekarang kamu milih siapa?! Aku atau dia?
Ternyata pacarnya ngaku di telpon kalau dia suka sama cowok lain. Bajingan tenan pacare iku, hahaha. Miko kalut. Saya ketawa ngakak. Akhirnya jam 4 sore kami baru berangkat. Dari sini masalahnya dimulai. Spion kami tidak standar. Kami takut bakal ditilang di Gilimanuk. Akhirnya ganti spion dulu di bengkel. Baru beberapa ratus meter berjalan, hujan deras mengguyur Jember. Sangat deras, hingga jarak pandang hanya sekitar 2 meter saja. Kami sempat berteduh. Tapi karena lama, akhirnya kami memutuskan terus berangkat. Selo tenan cuuk. Iya, kami hujan-hujanan sampai Banyuwangi.
Ketika sampai di Gilimanuk, waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. Mampus pikir saya. Taman Nasional Bali Barat terkenal tanpa lampu, gelap gulita. Kami ditawari menginap di kantor petugas pelabuhan. Tapi karena selo, kami menolak dan memutuskan terus berjalan. Uasu. Dan ya, TNBB itu bener-bener gelap. Sepanjang perjalanan, hanya ada motor kami di atas trotoar.
Selo kami berakhir sampai disana? Enggak. Di sepanjang perjalanan saya mengompori Miko untuk memutuskan pacarnya. Dia terlihat merenung. Esok malamnya kami ngebir di Kuta. Saudara saya membawakan wine sebagai asupan tambahan, Miko pun minum dengan senang. Ia tipsy. Saya terus mengompori dia buat putus. Akhirnya, sekitar jam 5 subuh, di kamar saudara saya, diantara kantuk saya mendengar Miko bercakap.
Miko: Kamu milih siapa, aku ato dia? (dan sepertinya si pacar milih dia)
Miko: Kamu goblok, bla bla bla (lalu Miko ngoceh, sepertinya masih ada sisa alkohol semalam)
Miko: Ya udah, kita putus!
Telpon lalu ditutup. Saya tersenyum. Miko benar-benar lelaki!
4. Keluar dari rumah gara-gara pengen gondrong, dan tinggal di Tegalboto
Saat itu keinginan saya menggelegak, ingin gondrong. Tapi karena mamak tidak membolehkan orang gondrong tinggal di rumahnya, maka saya memutuskan untuk keluar dari rumah, yang otomatis saya harus bisa cari duit sendiri untuk bertahan hidup. Saat itu, kalau tidak salah, tahun 2007. Saya lantas memutuskan untuk tinggal di rumah om. Setahun saya disana, saya bermasalah dengan penjaga rumahnya dan memutuskan untuk hijrah ke tempat lain.
Akhirnya saya tinggal di Tegalboto, sekretariat pers mahasiswa Universitas Jember. Saya anggap itu rumah kedua saya. Disana saya menjalani periode keseloan saya. Mulai ngobrol ngalor ngidul sampe pagi, tidur setelah adzan subuh memanggil, bangun jam 11 siang, langsung ngopi sampe sore, sore ngobrol ngalor ngidul lagi, cari duit dari translate dan nulis, nemenin Dhani curhat sembari melihat dia menggosokkan minyak kayu putih, bertukar celana dalam dengan penghuni Tegalboto, kuliah gak pernah mandi, ditegur guru besar kampus karena kuliah pake celana robek-robek dan sandal jepit, bikin lagu gak jelas bareng Romdhi, dengerin Romdhi ngoceh, ngomongin seks bareng Rosi, dengerin Dyah curhat, nemenin Dyah ke masjid buat sholat subuh padahal saya gak sholat, matikan lampu kamar mandi pas Miko boker, nyanyi gak jelas bareng Erik si anak Batak, ngerjain asistennya Romdhi sampe nangis, ngerjain Cak Kandar sampe mabuk dan tidur di dekat tempat sampah, nyemplungin mas Widi ke kolam ikan yang penuh air kencing, masak di depan sekret, ngecengin anak basket, sampe nonton bokep bareng. Duh, selo tenan!
5. Jadi panitia Sastra Basket Ball Championship
Seumur-umur saya jarang olahraga, apalagi tergabung dalam UKM Olahraga. Tapi karena kawan akrab saya, Budi, jadi ketua umum saat itu, saya mau lah bantu-bantu sedikit. Salah satu acara terselo yang kami adakan adalah Sastra Basket Ball Championship. Gimana gak selo, cakupan kejuaran ini adalah eks Karisidenan Besuki, yang meliputi Jember, Lumajang, Banyuwangi, sampe Probolinggo. Sedang panitia hanya 12 orang. Itupun yang aktif hanya segelintir orang.
Karena kota yang banyak, saya dan Budi memecah panitia ke dalam tim kecil untuk mengantar undangan ke sekolah-sekolah. Satu tim berisi dua orang. Kota tujuannya di lotere. Saya dan Budi harus pergi ke Banyuwangi naik motor. Kena tilang pula. Juancuk.
Ketika acara dimulai, kami memang keteteran. Tapi kami menikmati betul. Saya membawa tenda dari rumah. Setiap acara selesai, kami bermain basket dulu. Yang kalah harus push up. Lalu setelah itu kami tidur dalam tenda yang didirikan di tengah lapangan. Bangun pagi, tanpa mandi kami langsung ngopi di warung Mak sembari menggoda para mahasiswi Farmasi yang melintas. Siang kami mulai mengurus persiapan lomba. Selama nyaris 10 hari kami tak masuk kuliah, benar-benar ngurus lomba bersejarah ini. Ketika malam penutupan, kami party dong… dengan teh botol sisa jualan. Esok malamnya kami langsung ke Bali buat PKL. Selo tenan cuk.
huahahahahahahahahahaha
kejadian di atas motor
miko : Mozzart itu siapa?
nuran : hah? mossad? itu agen rahasia Israel
miko : ah mosok? mozzart agen rahasia israel?
Nuran: iyo cuk
dan sampai beberapa tahun kemudian Miko percaya bahwa mozart adalah agen rahasia israel
ikutan ngakak =))
Iku gabungan antara ngantuk karo Miko sing pancen pengong :))
asyik nih ceritanya si miko ini…. menarik…. seorang lelaki sejati yang slow….
saya suka selo nomer 4 😀