Apa yang paling penting bagi sebuah rumah kopi? Kualitas kopi, tentu saja. Kalau menyebut diri sebagai rumah kopi tapi tak menyediakan kopi yang baik, ya sama saja bohong. Kebersihan? Tentu saja. Tak ada tamu yang betah di rumah kopi yang kotor. Furniture yang nyaman? Itu juga termasuk. Tamu bakal merasa makin betah kalau tempat duduknya nyaman.
Tapi di luar itu semua, ada satu lagi faktor penting yang harus dipunyai oleh warung kopi, dan juga diketahui bagi para pemilik atau pengelola rumah kopi: musik.
Setidaknya itu yang ditulis dalam penelitian Doktor Lisa Waxman dari Universitas Negeri Florida. Ia menyusun penelitian yang sangat menarik. Judulnya, The Coffee Shop: Social and Physical Factor Influencing Place Attachment. Ia meneliti faktor apa saja yang membuat pengunjung merasa betah di warung kopi.
Hasilnya lumayan mengejutkan, walau sudah bisa ditebak secara kasar. Lima besar faktornya adalah hal yang memang harus wajib dipunyai oleh semua rumah kopi: kebersihan; aroma (dan kualitas kopi); pencahayaan yang cukup; furniture yang nyaman (interior); dan pemandangan di luar rumah kopi alias posisi rumah kopi itu sendiri.
Soal interior kafe, saking pentingnya, sampai ada istilah coffee house. Rumah kopi. Yakni tempat ngopi yang diatur sedemikian rupa hingga pengunjung merasa nyaman. Ibarat ngopi di rumah sendiri. Salah satu pelopor coffee house adalah Starbucks.
Nah, di posisi keenam, bukan koneksi internet nirkabel atau pelayan cantik –seperti yang pernah dialami Puthut EA yang naksir salah satu pelayan cantik di sebuah kafe– yang wajib dipunyai sebuah rumah kopi. Melainkan pengetahuan tentang musik yang diputar. Ini sangat berpengaruh dan bisa menentukan rasa nyaman seorang pengunjung.
Saya memang tak punya rumah kopi. Tapi berdasar pengalaman saya menjadi pengunjung rumah kopi, pemutaran musik yang salah akan membuat saya, dan mungkin banyak pengunjung lain, merasa terganggu. Ujung-ujungnya tak betah, pulang, dan memutuskan tak akan pernah mampir lagi.
Jadi menurut saya, selain memiliki pengetahuan tentang kopi, seorang pemilik atau pengelola rumah kopi seharusnya memiliki pengetahuan yang memadai tentang musik apa yang seharusnya diputar.
Sekarang sudah banyak sekali rumah kopi di Indonesia. Di Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, hingga Jember. Mereka punya kesamaan: menyediakan kopi yang baik, nuansa yang tenang, furniture yang nyaman, dan musik yang enak didengar.
Mengenai pentingnya musik dalam rumah kopi, sampai muncul lema coffee house music. Ini sebenarnya bukan genre musik baru. Melainkan pengelompokan musik-musik yang cocok diputar di rumah kopi. Ini karena musik memang berperan penting dalam kepuasan pelanggan di rumah kopi.
Bahkan seorang bernama Ng Tsu Jin melakukan penelitian berjudul, The Correlation between the Genre of Background Music and the Customer Experience of Coffee Drinking in a Cafe. Kalau diterjemahkan: Hubungan Antara Genre Musik dan Pengalaman Konsumen Mengenai Minum Kopi di Kafe.
Tsu Jin melakukan penelitian dengan serius. Ia memakai literatur yang lumayan banyak. Seperti memakai teori pengaruh musik terhadap persepsi dan perilaku konsumen. Ia juga memakai dalil Musical Fit dalam dunia pemasaran. Yakni musik haruslah sesuai dengan konteks waktu dan tempat diputar, untuk memperbesar pengaruh pada konsumen. Tsu Jin membatasi penelitiannya pada rumah kopi independen. Bukan rumah kopi waralaba yang sudah jadi besar.
Hipotesa Tsu Jin menarik, walau sebenarnya tak baru-baru amat. Yakni, memutarkan genre musik yang tepat, bisa mempengaruhi kepuasan konsumen dalam sebuah kafe, dan bisa meningkatkan penjualan. Tsu Jin menulis bahwa jazz dan indie pop adalah dua genre musik paling pas diputar di rumah kopi, terutama rumah kopi independen.
Ini karena rumah kopi independen punya keunggulan ketimbang rumah kopi waralaba. Rumah kopi independen biasanya menawarkan suasana yang lebih hangat, ramah, bersahabat, dan lebih santai. Ini cocok dengan musik jazz dan indie pop. Ini juga ada penelitiannya. Coba cari penelitian berjudul Personality of Jazz Music Fans.
Sementara itu, situs Noise Addicts pernah menulis artikel berjudul Coffee House As A Musical Genre. Situs ini menuliskan, bahwa dewasa ini kecenderungan ngopi bersama teman-teman atau kolega semakin meningkat. Karena itu menyusun musik yang bisa disukai oleh semua kalangan itu penting.
“Intinya, musik coffee house adalah lebih pada kombinasi dari semua genre yang bisa dimainkan di rumah kopi.”
Genre-nya tentu saja bisa beragam. Dari jazz, soft rock, indie pop, blues, atau alternatif. Tapi yang patut dingat: lagunya harus bisa membuat pengunjung merasa rileks; tidak menganggu obrolan atau pekerjaan; tapi sekaligus tidak terlalu pelan dan mendayu sehingga bikin pengunjung mengantuk.
Situs ini juga merilis 10 musisi yang musiknya paling sering diputar di rumah kopi. Silahkan dicari dan didengar. Siapa tahu bisa menjadi referensi tambahan bagi kamu.
1. Ben Harper. Musisi Amerika Serikat kelahiran California. Ia memainkan musik rock alternatif, folk, juga blues. Sebagai putra asli California, ia memainkan musik yang punya tiga ciri California: pantai, matahari, dan selancar.
2. Joshua Radin. Musisi Amerika juga. Musiknya kebanyakan rock akustik. Lagu-lagunya banyak dipakai sebagai musik latar film-film romantis.
3. Death Cab for Cutie. Musiknya juga enak.
4. Coldplay. Musik pop, sudah sangat terkenal. Bisa memberikan perasaan nyaman. Kecuali kalau kamu mendengarkannya ke Arman Dhani, yang punya kenangan buruk dengan lagu mereka.
5. R.E.M. Band alternatif yang sudah aktif sejak dekade 80-an. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah “Losing My Religion” dan “Everybody Hurts”.
6. Crowded House. Band pop asal Australia. Tipikal band yang mudah sekali disukai lagu-lagunya. Salah satu lagu paling terkenalnya adalah “Don’t Dream Its Over”. Lagu itu pernah dinyanyikan ulang oleh Sixpence None the Richer.
7. Lenka. Ini penyanyi pop yang terkenal sejak beberapa tahun belakangan. Pop-nya asyik. Tidak terlalu pasaran.
8. John Mayer. Ini salah satu musisi terbaik setelah era millenium. Suaranya enak. Musiknya melodius. Ia memainkan musik pop dan blues sama baiknya. Secara personal, saya menyarankan album Continuum. Album itu merupakan pencapaian terbaik beliau.
9. KT Tunstall. Musisi asal Skotlandia. Salah satu musisi yang kreatif sekaligus paling selo. Ia memainkan semua instrumen di albumnya. Ia memainkan musik pop, folk, dan alternatif.
10. Snow Patrol. Band alternatif dari dekade 90-an. Lumayan lah buat diputar di kafe.
Dari artis-artis itu, kamu mungkin bisa menarik benang merah, seperti apa musik yang enak diputar di rumah kopi. Tentu itu bukan daftar yang paten. Musik itu sama seperti kopi, kok. Sangat lentur, bisa dinikmati dengan berbagai cara. Mungkin lain kali saya akan menyusun playlist versi saya sendiri dan akan membagikannya di sini. []